Gambir, 22 Mei 2013
Ada pahit dan indah berkelindan serupa akar.
Akar kerinduan.
Jeda di antara pergi dan pulang adalah perjalanan, hidup, dan perenungan.
Ketiganya menyaru jadi musuh dan kawan.
Bagianmu mempercepat laju.
Jika hidup menghambat pulangmu, menepilah dan jangan meratap.
Renungan tentang jalan lain mungkin memberimu hidup yang baru.
Paling tidak engkau menolak untuk kalah jika mau mencoba.
Justru terkadang keyakinanmu akan suatu jalan bisa jadi
jebakan mimpi agar kaku terus mengayun pergi tanpa pernah berpulang lagi.
Hanya, jangan merutuk semesta bila pulang telah kadaluarsa.
Engkau tinggalkan jalan, berpaling dari hidup dan enggan pergi.
Tetapi rumahmu hanya tersisa puing, akarnya tercerabut dan tiada lagi pahit atau indah yang terjalin jadi kenangan.
Rumah lupa padamu.
Bukan karena kau terlampau lama pergi, tapi karena ia tahu: bagimu pulang telah kadaluarsa dan itu menjadikannya jeri.
Hanya, jangan merutuk semesta bila pulang telah kadaluarsa.
Engkau tinggalkan jalan, berpaling dari hidup dan enggan pergi.
Tetapi rumahmu hanya tersisa puing, akarnya tercerabut dan tiada lagi pahit atau indah yang terjalin jadi kenangan.
Rumah lupa padamu.
Bukan karena kau terlampau lama pergi, tapi karena ia tahu: bagimu pulang telah kadaluarsa dan itu menjadikannya jeri.