Aku tak yakin, apakah benar langit selalu sepias ini menjelang
sore hari.
Seperti ruang lain putih pekat di batas gumpalan awan-awan tak bertubuh.
Seperti ruang lain putih pekat di batas gumpalan awan-awan tak bertubuh.
Kosong.
Terpantul jelas di pandangan tak bertuju dari celah mataku,
lewat jendela bujur sangkar bersudut lengkung, di sisi kanan pesawat yang melintas langit tanpa permisi.
Kosong.
Seolah tak ada cara lain mengisinya dengan rupa-rupa bumi di
bawahnya.
Tak ada bentuk, hanya jelmaan udara.
Tak ada bentuk, hanya jelmaan udara.
Kosong.
Pantas saja burung-burung angkasa sering mampir di dahan pohon
kita,
bersarang, meracau, berkicau tanpa kau minta.
bersarang, meracau, berkicau tanpa kau minta.
Kosong.
Seperti sajak tentang penantian tenggelamnya matahari, tentang
malam pertemuan, tentang tangan saling bertaut dan menggenggam.
Kosong.
Untung saja rinduku bukan awan tak berbentuk atau jelmaan udara
siang hari,
yang lenyap di ruang-ruang kosong, di atap kolong langit.
yang lenyap di ruang-ruang kosong, di atap kolong langit.